Kamis, 07 Agustus 2008

Korea’s Economic. From Nothing Become Leading

“Wah mau bahas makro ekonomi nih gan?”, mungkin kata-kata tersebut sempat terlintas dipikiran anda ketika melihat judul saya di atas. Saya bukan orang ekonomi, jadi saya nggak[belum] mungkin bahas makro ekonomi, yang saya tulis sekarang cuman hasil bagi pengalaman Prof. DoHoon KIM dari Korea Institute for Industrial Economics and Trade dan mau ngambil SEMANGATnya.
Beliau berbicara, kalau Korea membangun ekonominya pasca periode perang dari tidak punya apapun (dengan asumsi GDB per capita pada tahun 1960 sebesar US$ 82 dianggap sangat kecil bahkan bisa apa dari uang segitu) menjadi salah satu negara industri terbesar pada tahun 2007 (dengan GDB per capita sebesar US$ 20.045). Wow bagaimana bisa, Indonesia aja paska perang GDB-nya lebih besar bahkan ditambah sumber daya yang melimpah, sampai sekarang masih aja menjadi negara berkembang???
Korea pandai melihat sumberdaya yang dimilikinya, memang apa yang dimilikinya? Jawabannya hanya human resources, selain itu korea tidak punya apa-apa, mereka tidak memiliki natural resources yang cukup, bahkan memerlukan impor barang kebutuhan pokok seperti makanan, energi dan barang modal. Pada tahun 1960an Korea hanya melakuan industri pada bidang wigs, eyelashes, pakaian dan plywood, namun pada tahun 2007 industri Korea sudah meliputi bidang pembutan kapal laut, automobile, semikonduktor, steel, petrochemical, elektronik sampai mesin. Dimana masing-masing industri diatas menempati peringkat 5 besar dunia kecuali mesin (peringkat 10).
Dengan keterbatasan sumberdaya yang ada, pembangunan ekonomi di korea dapat dicapai dengan strategi berorientasi ekspor. Orientasi pada ekspor ini yang membuat Korea beroriantasi untuk membuat dan menjualnya ke luar negeri. Dengan SDM yang berlimpah dan komitmen dari Pemerintah, SDM Korea dicetak dari buruh yang tidak memiliki skill menjadi buruh ynag siap pakai untuk industri (tahun 1960), kemudian ditinggaktkan lagi menjadi tenaga kerja berpengalaman untuk industri kimia dan berat (tahun 1970an) sampai saat ini terbentuk tenaga kerja di bidang reset dan scientists yang berorientasi pada teknologi industri.
Hanya dari semangat ingin maju ditunjang dengan komitmen pemerintah yang kuat, masyarakat Korea sekarang dapat menikmati hasil jerih payah yang pernah mereka alami sebelumnya.
Lalu bagaimana dengan indonesia, dimana indonesi terkenal sebagai bangsa yang kaya raya akan hasil buminya. apakah karena SDM yang kurang pandai atau tidak dapat berkompetisi sehingga Indonesia masih seperti sekarang ini. Mungkin menurut pendapat saya, dari beberapa pengamalan melihat negara-negara berkembang, Indonesia sudah memiliki semua syarat untuk menjadi maju, tinggal semangat kebersamaan untuk maju antara pemerintah dan rakyat yang perlu dipertegas lagi. SDM kita yang banyak dipuji ditingkat internasional masih banyak yang tidak diberikan kesempatan untuk memperbaiki bangsa ini.
Jadi siapa yang salah dalam hal ini? Daripada mencari siapa yang salah lebih baik mulai sekarang kita pribadi saling meperbaharui semangat untuk membuat Indonesia maju dan Pemerintah harus SEPAKAT mau dibawa keman Indonesia. Dari hal yang kecil asalh semuanya sepakat dan mendukung, pasti akan menjadi besar……Indonesia pasti bisa(Tulisan ini semata-mata untuk membangkitkan semangat penulis sendiri, syukur2 bisa bangkitin semangat bangsa Indonesia :) )

1 komentar:

Anonim mengatakan...

tulisan yang berat... jadi males bacanya :D